Krisis Moneter 1998: Pemicu Kejatuhan Rezim Orde Baru

Tahun 1998 adalah titik balik dalam sejarah modern Indonesia. Krisis Moneter 1998 menghantam telak perekonomian nasional. Guncangan ekonomi ini bukan hanya sekadar resesi. Ia menjadi pemicu utama kejatuhan rezim Orde Baru yang telah berkuasa 32 tahun. Peristiwa ini mengubah lanskap politik dan sosial Indonesia secara fundamental.

Awalnya, krisis ini melanda Thailand pada pertengahan 1997. Dikenal sebagai “Tom Yam Kung Crisis,” dampaknya menjalar cepat. Investor asing menarik dananya dari Asia. Nilai mata uang regional, termasuk Rupiah Indonesia, anjlok drastis. Pasar saham juga mengalami keruntuhan besar-besaran.

Indonesia, dengan fundamental ekonomi yang rapuh, sangat terpukul. Banyak perusahaan memiliki utang luar negeri dalam dolar AS. Ketika Rupiah melemah, beban utang melonjak berkali-kali lipat. Ribuan perusahaan gulung tikar, menyebabkan pemutusan hubungan kerja massal. Angka pengangguran melonjak tajam.

Harga-harga kebutuhan pokok melambung tinggi. Daya beli masyarakat menurun drastis. Antrean panjang sembako dan kelangkaan barang menjadi pemandangan umum. Rakyat kecil menderita paling parah akibat Krisis Moneter 1998 ini. Ketidakpuasan publik pun mulai memuncak.

Sistem perbankan Indonesia juga kolaps. Banyak bank kesulitan likuiditas karena kredit macet. Pemerintah terpaksa menyuntikkan dana besar-besaran. Namun, hal ini tidak cukup mengatasi krisis kepercayaan. Kepanikan masyarakat semakin menjadi-jadi.

Salah satu faktor pemicu rapuhnya ekonomi adalah KKN (Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme). Praktik ini telah mengakar kuat selama Orde Baru. Proyek-proyek mercusuar dan bisnis kroni-kroni kekuasaan. Ini menciptakan gelembung ekonomi yang rentan pecah. Krisis Moneter 1998 membuka borok-borok tersebut.

Kebijakan ekonomi pemerintah dinilai lambat dan tidak tepat. Bantuan dari IMF (Dana Moneter Internasional) datang dengan syarat ketat. Namun, implementasinya terkendala. Kepercayaan pasar dan investor semakin memburuk. Situasi ekonomi semakin sulit dikendalikan.

Ketidakpuasan ekonomi meluas menjadi protes politik. Mahasiswa menjadi motor penggerak utama. Mereka menuntut reformasi total dan pengunduran diri Soeharto. Demonstrasi besar-besaran terjadi di berbagai kota. Gedung DPR/MPR diduduki massa.

Puncak krisis terjadi pada Mei 1998. Kerusuhan melanda Jakarta, diikuti penjarahan dan kekerasan. Situasi keamanan sangat tidak kondusif. Tekanan dari berbagai pihak, termasuk militer dan tokoh masyarakat, semakin kuat. Ini menjadi penentu arah perubahan.